Rabu, 03 April 2013

seputar tentang katak lagi :)

Kepunahan katak akibat pemanasan global dapat menimbulkan kerugian
pada manusia, karena satwa ini memegang peran penting dalam mata
rantai kehidupan diantaranya sebagai pemangsa serangga dan bahan
obat-obatan.
“Menurunnya populasi katak di berbagai belahan dunia membuat satwa
ini menjadi perhatian dunia, sehingga ada upaya-upaya agar tidak
punah,” kata Drs Jansen Manansang, MSc, pegiat konservasi satwa
yang juga Presiden South East Asian Zoos Association (SEAZA) di
Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (16/6).
Ia mengemukakan hal itu sehubungan dengan rangkaian kampanye 2008
Year
Of The Frog. Pada Konferensi SEAZA bulan September 2007 di Kuala
Lumpur, Malaysia, tahun 2008 dicanangkan sebagai tahun katak (2008
Year of the Frog), dan kebun-kebun binatang di dunia mulai
melakukan berbagai kegiatan untuk mengkampanyekan tahun katak
tersebut.
Sehubungan dengan agenda dunia itu, pada hari Sabtu (14/5) hingga
Minggu (15/4) dinihari, di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua,
Bogor dilakukan pelatihan mengenai satwa amfibi, khususnya katak,
dengan mendatangkan pakar amfibi dari PHI (Perhimpunan Herpetologi
Indonesia), Dr Mirza D Kusrini.
Kegiatan bertema Pendidikan Konservasi Katak itu dilakukan atas
kerjasama TSI, PHI, Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia
(PKBSI), dan SEAZA, diikuti perwakilan Taman Akuarium Air Tawar
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), perwakilan Kebun Binatang
Ragunan, Sea World, serta sejumlah karyawan/karyawati TSI, dan
juga dihadiri Direktur Kebun Binatang Bandung, Romli Bratakusuma.
Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan pengamatan untuk
identifikasi katak di sekitar areal TSI. Pengamatan katak ini
dilakukan pada malam hari dengan melibatkan 30 orang, yang terbagi
atas empat kelompok. Pencarian dilakukan di areal air terjun Curug
Jaksa, Pasir Ipis, areal safari trek, dan areal tepian sungai
Cisarua.
Katak-katak yang ditemukan kemudian diidentifikasi, baik dari
jenis, warna, bentuk tubuhnya. Terdapat lebih dari 11 jenis katak
yang ada di areal TSI Cisarua.
Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengenalkan katak lokal
kepada masyarakat. “Sehingga katak yang tadinya dianggap
menjijikkan dan tidak mendapat perhatian masyarakat, saat ini
menjadi salah satu jenis satwa yang menarik dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Dan bahkan menjadi perhatian dunia,” katanya.
Jansen mengatakan, di dunia ini diperkirakan terdapat 4.000
spesies katak, beragam jenis, warna maupun bentuknya. Sayangnya,
tidak banyak yang mengetahui kalau ternyata satwa ini banyak
manfaat dalam mata rantai siklus kehidupan, diantaranya predator
bagi serangga, untuk konsumsi manusia, dan dijadikan obat-obatan.
Di Indonesia, lanjut dia, diperkirakan terdapat 400 jenis katak,
di antaranya jenis Barborula kalimantanensis yang sangat langka di
dunia karena dianggap sebagai satu-satunya katak yang tidak
mempunyai paru-paru.
Ia mengatakan, sejauh ini jumlah spesies katak yang ada di
Indonesia belum diketahui secara pasti, karena belum banyak yang
peduli ataupun melakukan penelitian, mengingat katak dianggap
binatang yang menjijikkan dan tidak bermanfaat.
Dengan terus mengampanyekan pentingnya katak dalam mata rantai
siklus kehidupan, ia mengharapkan secara perlahan perhatian
masyarakat pada katak dapat semakin baik, sehingga ikut menjaga
agar tidak punah.(www.mediaindonesia.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar